Dalam penggambaran Neraka oleh Dante, terdapat hierarki hukuman, yang menampilkan hukuman yang semakin parah yang terletak lebih dekat ke bagian tengah paling bawah Neraka. Hierarki ini diatur, dan lokasinya ditentukan, berdasarkan tingkat keparahan dan besarnya dosa yang dilakukan sepenuhnya. Dante menggambarkan sebuah neraka yang berpusat pada keadilan retributif, dimana hukumannya tidak hanya cocok untuk tindak pidana saja, namun juga merupakan tindak pidana.
Bayangkan seorang penindas yang, melalui intimidasi dan pelecehan, menjauhkan peluang teman dekat. Sesuai dengan pemikiran Dante tentang contrapasso, mendapatkan pelaku intimidasi saja sudah merupakan hukuman atas tindak pidana. Dia adalah manusia yang kesepian dan tidak punya teman. Ini adalah bagaimana Dante membayangkan hukuman abadi.
Pameran contrapasso yang paling jelas dan menarik dalam Inferno Dante adalah Dis, atau Lucifer. Lucifer sang penghulu malaikat memberontak melawan Tuhan. Pesta ini muncul dari kegembiraannya yang sangat berlebihan. Tetap menjadi dosa yang paling ekstrem, kejahatan sombong melawan Tuhan menemukan Dis di bagian Neraka yang paling murah, membeku di dalam danau limbah. Ketiadaan cahaya Tuhan saat ini membatasi keberadaan panas, namun kesenangan Dis memotivasi dia untuk terus-menerus mengepakkan sayapnya dalam upaya melarikan diri dari penahanannya. Kepakan sayapnya membawa angin dingin ke seluruh danau, memastikan pemenjaraannya selama kepuasannya tetap ada. Merendahkan dirinya berarti membiarkan danau itu mencair. Namun keangkuhan jarang mengubah dirinya menjadi kerendahan hati.
Penderitaan balasan ini adalah kontrapasso, kejahatan dan hukuman yang saat ini sah. Gagasan ini memandang keadilan berjalan dengan sendirinya tanpa adanya mediasi.